Kupu-kupu tidak tahu warna sayap mereka, tapi orang-orang tahu betapa indahnya mereka.
Seperti juga dirimu, tidak tahu betapa indahnya dirimu, tapi Allah tahu betapa istimewanya dirimu di mataNya..
Ketika engkau tunduk dalam syari'atNya, Ridha atas takdirNya, Tersenyum dalam musibah, Tegar dalam ujian, Teguh dalam pendirian, Subhanallah...
Semoga engkau termasuk orang-orang yang terpilih menjadi hamba terindah di mataNya,, (^^)

Rabu, 28 Desember 2011

Dibalik Sebuah Nama "Annisa Syifa Azzahra"


ANNISA SYIFA AZZAHRA
Nama Istimewa untuk Buah Cinta Teristimewa
Nama Islami karena Datang dari Sang Illahi
Nama Sarat Makna seperti Makna kehadirannya
Nama Sarat Doa yang akan terus mengiringi hidupnya


Annisa
Anak Perempuan Ayah-Bunda Tercinta
Amanat Besar dari Yang Maha Kuasa
Anak Perempuan yang Harus Slalu Dijaga
Agar tumbuh menjadi wanita yang Soleha


Syifa
Penawar Luka untuk Raga dan Jiwa
Pemberi Semangat dalam Cinta Kasih kepada Sesama
Seperti ALQuran untuk Umat Manusia,, Begitu kata Mereka
AlQuran yang Menjadi Pedoman Hidupmu di Dunia


Azzahra
Cahayamu akan Selalu Menyinari Seluruh Dunia
Cahaya untuk Segenap Kebaikan dan Kebajikan
Memenuhi seluruh Galaksi Jagat Raya
Lalu Menyusup ke Relung Hati Terdalam


ANNISA SYIFA AZZAHRA
Anak Perempuan Penawar Luka Raga dan Jiwa yang Cahayanya  Menyinari Seluruh Dunia
Pemberian dari Cinta, Tumbuh dengan Cinta, dan Hidup Selalu untuk Cinta!!

Cantiknya Bidadari :)


Terheran-heran. Tapi itulah kenyataan. Seseorang – yang mungkin dengan mudahnya – melepas jilbabnya dan merasa enjoy mempertontonkan kecantikannya. Entah dengan alasan apa, kepuasan pribadi, materi dunia, popularitas yang semuanya berujung pada satu hal, yaitu hawa nafsu yang tak terbelenggu. Padahal… nun di surga sana, terdapat makhluk yang begitu cantik yang belum pernah seorang pun melihat ada makhluk secantik itu. Dan mereka sangat pemalu dan terjaga sehingga kecantikan mereka hanya dinikmati oleh suami-suami mereka di surga. Berikut ini adalah kumpulan ayat dan hadits yang menceritakan tentang para bidadari surga.

Harumnya Bidadari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sekiranya salah seorang bidadari surga datang ke dunia, pasti ia akan menyinari langit dan bumi dan memenuhi antara langit dan bumi dengan aroma yang harum semerbak. Sungguh tutup kepala salah seorang wanita surga itu lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kecantikan Fisik
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rombongan yang pertama masuk surga adalah dengan wajah bercahaya bak rembulan di malam purnama. Rombongan berikutnya adalah dengan wajah bercahaya seperti bintang-bintang yang berkemilau di langit. Masing-masing orang di antara mereka mempunyai dua istri, dimana sumsum tulang betisnya kelihatan dari balik dagingnya. Di dalam surga nanti tidak ada bujangan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Demikianlah. Dan Kami berikan kepada mereka bidadari.” (Qs. Ad-Dukhan: 54)
Abu Shuhaib al-Karami mengatakan, “Yang dimaksud dengan hur adalah bentuk jamak dari haura, yaitu wanita muda yang cantik jelita dengan kulit yang putih dan dengan mata yang sangat hitam. Sedangkan arti ‘ain adalah wanita yang memiliki mata yang indah.
Al-Hasan berpendapat bahwa haura adalah wanita yang memiliki mata dengan putih mata yang sangat putih dan hitam mata yang sangat hitam.

Sopan dan Pemalu
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati bidadari dengan “menundukkan pandangan” pada tiga tempat di Al-Qur’an, yaitu:
“Di dalam surga, terdapat bidadari-bidadari-bidadari yang sopan, yang menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. Maka nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan? Seakan-akan biadadari itu permata yakut dan marjan.” (Qs. Ar-Rahman: 56-58)
“Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya.” (Qs. Ash-Shaffat: 48)
“Dan pada sisi mereka (ada bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya dan sebaya umurnya.”
Seluruh ahli tafsir sepakat bahwa pandangan para bidadari surgawi hanya tertuju untuk suami mereka, sehingga mereka tidak pernah melirik lelaki lain.

Putihnya Bidadari
Allah Ta’ala berfirman, “Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.” (Qs. ar-Rahman: 58)
al-Hasan dan mayoritas ahli tafsir lainnya mengatakan bahwa yang dimaksudkan adalah bidadari-bidadari surga itu sebening yaqut dan seputih marjan.
Allah juga menyatakan,“(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit dalam kemah.” (Qs. Ar-Rahman: 72)
Maksudnya mereka itu dipingit hanya diperuntukkan bagi para suami mereka, sedangkan orang lain tidak ada yang melihat dan tidak ada yang tahu. Mereka berada di dalam kemah.

Baiklah…ini adalah sedikit gambaran yang Allah berikan tentang bidadari di surga. Karena bagaimanapun gambaran itu, maka manusia tidak akan bisa membayangkan sesuai rupa aslinya, karena sesuatu yang berada di surga adalah sesuatu yang tidak/belum pernah kita lihat di dunia ini.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Azza wa Jalla berfirman, “Aku siapkan bagi hamba-hamba-Ku yang shalih sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas oleh pikiran.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Setelah mengetahui sifat fisik dan akhlak bidadari, maka bukan berarti bidadari lebih baik daripada wanita surga. Sesungguhnya wanita-wanita surga memiliki keutamaan yang sedemikian besar, sebagaimana disebutkan dalam hadits,
“Sungguh tutup kepala salah seorang wanita surga itu lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan lagi, seorang manusia telah Allah ciptakan dengan sebaik-baik rupa,
“Dan manusia telah diciptakan dengan sebaik-baik rupa.” (Qs. At-Tiin: 4)

Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Saya bertanya, “Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?”

Beliau shallallahu’‘alaihi wa sallam menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak.”

Saya bertanya, “Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?”

Beliau menjawab, “Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutra, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata, ‘Kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali, kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.’.” (HR. Ath Thabrani)

Subhanallah. Betapa indahnya perkataan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebuah perkataan yang seharusnya membuat kita, wanita dunia, menjadi lebih bersemangat dan bersungguh-sungguh untuk menjadi wanita shalihah. Berusaha untuk menjadi sebaik-baik perhiasan. Berusaha dengan lebih keras untuk bisa menjadi wanita penghuni surga..

Nah, tinggal lagi, apakah kita mau berusaha menjadi salah satu dari wanita penghuni surga?

Minggu, 18 Desember 2011

Sorry For the Separated


You know about my heart that never could forget you 
You know about me that always remember you forever 
Now I realize that all that is wrong and mistaken 
Will make the heart became tarnished
 

I know that you crave a genuine love of
I believe that you missed a real affection
Now I realize that all that is wrong and mistaken
Will make the heart became tarnished

 
Please forgive any mistake that we have passed 

It has been brought into the road that forget God 
We do have to keep yourself separate tuk
To return to live in the blessing of Divine navigating
And if our common destiny, God must not unite us

Alone...

At the moment of solitude, I realized all my sins away

all that I do makes me far from You

but now I believe in love and Your love gone replaced

What might I find guidance from You reinforced my faith

God forgive me

I expect guidance from you now until I get back to you later

Kamis, 15 Desember 2011

Tulisan Dari Ayah

Surat ini kutemukan terjatuh dari tumpukan buku yang berantakan ketika aku sedang merapikan lemari buku ayah beberapa hari lalu. setelah aku baca, ternyata ini catatan yang ayah tulis ketika aku masih kecil dulu, tak jelas sebenarnya ini ditujukan untuk siapa, aku atau bunda, tapi aku yakin surat ini belum diberikan ayah kepada bunda bahkan tak akan pernah diberikannya, karena mungkin ayah sudah lupa dimana ia meletakkannya dan kini sudah ada ditanganku.

* * *

30 Agustus 1991 (Seminggu Setelah Kelahiranmu, Bidadari Kecilku)
Awal kelahiranmu telah membuatku terharu dan berlinang air mata. Tidak mudah bagiku melukiskan peristiwa ajaib saat menyaksikan langsung perjuangan istriku melahirkanmu. Kehadiran bidadari kecil ini telah membuka mataku dan mata batinku bahwa betapa berat perjuangan seorang ibu. Atas nama cinta, ia rela berjuang membantu buah hatinya menyapa dunia meski hembusan napasnya kian lemah mengapung di udara.

Pengalaman batin ini telah menyadarkanku betapa kasih sayang dan cinta Allah mengalir dalam napas seorang ibu. Setiap hembusan napasnya mengalir energi cinta bagi kehidupan buah hatinya. Mulai dari mengandung, melahirkannya hingga mengantarkannya menuju gerbang masa depan yang lebih baik. Inilah kilau mutiara yang terpampang di hadapanku. Dialah bidadari hatiku, bundamu, nak.
Bundamu adalah wanita yang paling tabah dan tegar, bahkan lebih kuat dari ayah yang hampir pingsan saat melihat simbahan darah ketika ia berjihad melahirkanmu.

Bunda adalah wanita yang paling hebat. Sosok yang kerap dipandang lemah itulah yang selalu menghabiskan porsi terbesar waktunya untukmu, bidadari kecilku. Belum lagi segudang pekerjaan rumah tangga lainnya. Mungkin ungkapan “surga itu berada di telapak kaki ibu” belum cukup mewakili seluruh pengorbanannya. Karena surga itu ternyata tidak hanya terletak di kakinya, melainkan di seluruh tubuhnya, jiwa dan raga. Semoga cucuran keringatnya dapat menjadi bekal untuk meringankan  dosa-dosanya di hari akhir.

Siluet wajah bidadari lembut itu memenuhi kanvas di benakku. Wajah itu kerap ku sapa ketika malam mengelam. Begitu bening. Tak jarang aku menjumpainya saat dia baru terlelap di kala senja telah jauh menapak. Sungguh aku ingin menyingkap arti guratan kelelahan di wajahnya. Lalu, kuingin menebusnya dengan kebahagiaan dan kedamaian.

Dalam lelapnya, wajah bundamu selalu menyunggingkan senyum meski masalah hidup terus menghadang. Tak pernah wajah itu menunjukkan kesedihan di hadapan ayah. Walau sesekali sisa-sisa mendung dapat ayah tangkap saat dia terlelap seperti ini. Namun, keteduhan wajah itu tidak mampu menyembunyikan gurat ketabahan atas ujian yang tidak pernah mudah dilalui.

Bundamu itu adalah wanita luar biasa. Memiliki dua tangan yang dapat digerakkan dan berfungsi baik untuk segala jenis makanan. Mampu menjaga banyak anak saat yang bersamaan. Memiliki pelukan yang dapat menyembuhkan sakit hati dan keterpurukan. Mampu menyembuhkan dirinya sendiri dan bisa bekerja 18 jam sehari. Tidak hanya berpikir tapi juga mampu bernegosiasi dengan baik. Dia dapat mengatasi beban bahkan melebihi ayah. Mampu menyimpan kebahagiaan dan pendapatnya sendiri. Dia mampu tersenyum bahkan saat hatinya menjerit, mampu menyanyi saat menangis, menangis saat terharu bahkan tertawa saat ketakutan. Dia berkorban demi orang yang dicintainya, menerjunkan dirinya untuk keluarganya. Cintanya tanpa syarat. Dia menangis bahagia saat melihat anaknya pemenang, dia begitu bahagia mendengar kelahiran. Hatinya begitu sedih mendengar berita sakit dan kematian, tetapi dia selalu punya kekuatan untuk mengatasi hidup. Dia tahu bahwa sebuah pelukan dapat menyembuhkan luka.

Duhai bidadariku! maafkan segala kealpaanku yang belum mampu menghapus jejak lara yang kau rasakan. Betapa aku sangat menyesal atas semua perilakuku selama ini. Ayah merasa, bukan tidak mungkin bundamu mengalami stres dalam istananya ini. Bahkan mungkin sejak masa-masa kehamilannya. Ketika itu ayah kerap menghardiknya bila ada saja yang tampak kurang di mata ayah. Juga menuntut bundamu dengan sesuatu yang kadang dia sendiri tidak mampu melakukannya.

Terkadang suara hati bersenandung lirih memenuhi ruang batinku. Suara yang menggemakan penyesalan yang dalam kala menyadari bahwa ayahlah yang menyebabkan bundamu tidak bahagia menjadi seorang ibu. Ayah merasa telah menjadi suami yang terzalim di muka bumi ini. Betapa aku berdosa menyebabkan peristiwa ini terjadi, ampunilah aku ya Allah.

tak berani meminta, sebelum Kau berikan.

Lama terdiam,, terpaku mencoba memahami, apa arti dari semua ini?
Bukan,, bukan aku tak menginginkan, tapi aku takut untuk berharap.
Andai aku tahu jawabnya,, tak akan ragu aku tuk meminta.
Sering hati bertanya,, bolehkah aku meminta? Sedang aku tak pantas tuk diberi.
Tidak ada yg tahu jawabnya selain kau yg Maha Tahu, bahkan aku sendiri abu-abu dalam menatap.
Bukan,, bukan aku ragu untuk melangkah ke depan, meski aku harus menunduk malu ingat waktu yg tertinggal.
Tak pernah terpikir olehku sempat sejauh ini diri melangkah, kadang aku optimis, kadang aku pesimis.
Ingin aku katakan yg sesungguhnya, tapi tak tahu apa yg harus dikatakan.
Aku tahu Kau yg Maha Tahu, aku tahu Kau yg Maha Memiliki, aku tahu itu,,,
Tak ingin larut,, Aku mulai tersenyum, "bukankah aku hanya makhluk-Mu? Bermimpi & berharap itu pasti ada dihatiku, tp bukankah jawabannya ada pada-Mu? Meski sering kuberencana, tetap kuyakini rencana-Mu adalah yg terbaik utkku. Aku tak pernah tau apa yg terjadi dalam hidupku sedetik yg akan datang, maka biarkan kugantung semua harapan & impianku kepada-Mu. Aku jg tak peduli apa yg mereka pikirkan tentang aku, karena bagiku cukup diri-Mu yg menilai aku."
Itu semua karena aku tak berani meminta sebelum Kau berikan, meski aku slalu berharap disetiap sujudku.

Menyingkap Rahasia Sains Tahajud

Pada saat seseorang menggelar sajadah untuk menunaikan shalat tahajud, ia berada dalam kondisi layaknya orang yang melakukan meditasi dan relaksasi. Jika kita pernah mendengar lirik lagu Tombo Ati yang didendangkan budayawan kondang Emha Ainun Nadjib bersama kelompok musik Kiai Kanjeng, tahajud disebut sebagai salah satu pengobat hati. Sebab shalat sunah yang ditunaikan di keheningan malam itu, mengantarkan orang yang menunaikannya menjadi lebih dekat dengan Allah. Hati yang dekat dengan Tuhannya adalah hati yang damai.

Orang yang rindu tahajud adalah orang yang mempunyai kadar keikhlasan lebih. Ia rela untuk menghentikan kelelapan tidurnya dan bersimpuh pada Sang Khalik. Alquran memuji mereka dengan menyebutnya sebagai orang-orang yang menjauhkan lambungnya dari tempat peraduan.

Tahajud diketahui sebagai ibadah yang ditunaikan pada malam hari, saat setiap orang mengistirahatkan tubuhnya dari kelelahan aktivitas di siang hari. Banyak kalangan menyatakan bahwa idealnya masa tidur di malam hari adalah enam hingga delapan jam. Tidur di malam hari akan memberikan energi baru bagi seseorang untuk melakukan aktivitasnya di pagi hingga siang hari.

Namun kemudian muncul sebuah pendapat lain dari seorang ilmuwan bernama Ray Meddis. Ia menyatakan bahwa masa tidur yang sempurna hanyalah tiga hingga empat jam setiap harinya. Seseorang akan mengalami deep slep sekitar tiga hingga empat jam saja. Tentu seorang Muslim mampu memanfaatkan sisa masa tidur itu untuk memadu cinta dengan Tuhannya, melalui shalat tahajud.

“Bangunlah untuk shalat di malam hari kecuali sedikit daripadanya. Yaitu seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Alquran dengan perlahan-lahan.” (Al-Muzammil [73]: 2-4).

Seorang ilmuwan Muslim asal Mesir, Fadhlalla Haeri, menyatakan bahwa ayat tersebut memberikan panduan bagi muslim untuk mencapai keseimbangan. Di sisa masa istirahatnya, tiga jam masa efektif tidur malam, maka ia pun semestinya bangun untuk menjalankan aktivitas yang bermanfaat. Bangun di waktu malam adalah salah satu aktivitas yang memberikan manfaat.

ia menambahkan, pada saat itu energi did lam tubuh seseorang berada dalam kondisi rndah. Selain itu, medan refleksi juga begitu bersih. Dalam tradisi India, kondisi seperti itu disebut sebagai tahap pembentukan kesadaran yang terjadi pada titik energi ketujuh atau cakra mahkota. Dampaknya, akan meningkatkan intuisi seseorang dan kesadaran diri untuk mampu mengendalikan emosi negatif.

Menurut Haeri, pada saat seseorang menggelar sajadah untuk menunaikan shalat tahajud, ia berada dalam kondisi layaknya orang melakukan meditasi dan relaksasi atas kelenjar pineal. Ini akan menspiritualkan intelektual sesorang disertai dengan kemampuan personal untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah serta menjalin hubungan yang harmonis dengan sesamanya.

Tak hanya itu, pada saat matahari terbenam, kelenjar pineal mulai bekerja dan memproduksi hormon melatonin dalam jumlah besar dan mencapai puncaknya pada pukul 02.00 hingga 03.00 dini hari. Hormon inilah yang kemudian menghasilkan turunan asam amino trytophan dalam jumlah besar pula.

Tahukah Anda? Tahajud menjadi sarana untuk mempertahankan melatonin dalam jumlah yang stabil.

Hormon melatonin akan membentuk sistem kekebalan dalam tubuh dan membatasi gerak pemicu tumor seperti estrogen. Haeri mengungkapkan bahwa pada masa kanak-kanak melatonin yang ada di dalam tubuh berjumlah 120 picogram. Namun jumlah tersebut akan semakin menurun pada usia 20 30 tahun. Selain secara alamiah, pengurangan jumlah melatonin di dalam tubuh juga diakibatkan adanya pengaruh eksternal, seperti: tidur larut, medan elektromagnetik, dan polutan kimia misalnya pestisida, yang pada akhirnya menyebabkan penyakit tekanan darah tinggi dan sakit kepala. Pada titik tertentu bahkan menyebabkan turunnya sistem kekebalan tubuh.

Kafein yang terkandung di dalam kopi, teh hitam, dan soda tertentu juga akan menyebabkan kemampuan antioksidan melatonin berkurang. Keadaan ini akan membahayakan sel-sel tubuh saat seseorang tengah terjaga. Dengan demikian, kata Haeri, yang harus menjadi perhatian adalah bukan kuantitas tidur seseorang untuk memberikan kebugaran pada tubuh, tetapi justru kualitas tidur. Tiga jam adalah waktu yang cukup untuk itu.

Tahajud tidak hanya memberikan pengaruh pada posisi melatonin. Gerakan ibadah di sepertiga malam terakhir ini juga memberikan pengaruh tertentu pada tubuh. Setidaknya, pada saat berdiri tegak dan mengangkat takbir secara tidak langsung akan membuat rongga toraks dalam paru-paru membesar. Ini akan menyebabkan banyak oksigen yang masuk ke dalamnya. Ada kesegaran yang dirasakan ketika seseorang dapat menghirup udara segar ke dalam paru-parunya di keheningan malam itu. Pada saat sujud, seluruh berat dan daya badan dipindahkan sepenuhnya pada otot tangan, kaki, dada, perut, leher, dan jari kaki. Proses ini dilakukan berulang-ulang sesuai jumlahrakaat shalat tahajud yang kita lakukan.

Setelah oksigen masuk ke dalam paru-paru, oksigen diedarkan ke seluruh tubuh dengan lancar karena adanya pergerakan otot selama ruku’ dan sujud. Selain itu, dalam shalat seseorang juga melakukan gerakan duduk di antara dua sujud dan tahiyat yang menyebabkan adanya gerakan tumit, pangkal paha, jari tangan, jari kaki, dan lainnya. Tentu peredaran oksigen akan menjadi lancar.

My Sweet Home (we're family)

My home. . .
I really missing them. Its always be open house, for the other.
When I was child, I has a dream about my home. The building front of my badroom said to me, "I wan't losing U". Its a dream, but I like it.
In there,,, I live with my family. With my dad, my mom, my sista, and my brotha. But now, I have three new family, my sista's husban, and two their children they are "afiyah zahra muthmainnah"(5th) and "muhamad syauqi al azmi"(2th).
Last time,, the firstly their born, I don't like, feel so sad, because all full attention only for them. As a youngest child, I feel "cemburu". Before they born, all of attention it just for me.
But,,, for the way of time, I like they and I'm happy have they. When the firstly they call me "bunda", I feel other feeling. I don't know what it's? But I like it. And when they runfast go to me, when they hug and kisses me, I enjoy it.
Because they, know I feel imagination to be mother. Hehee.! I love them, specially looked them sleep in my hug. I feel very peace, very nice. They are two jundullah from my sista.
Brotha,,, he is a metropolitan men.! But, he very love me. He always talk to me about women, he's hobby, he's feeling, etc. And he have a specially way to protec me. He is a snowly boy. He very love my mother too. If my dad go to out city, my brotha will be protectif to all. Sometime it be "menyebalkan" but I know he like that because he must like that. Honestly, i'm afraid if my brotha have a wife. I afraid, I can't full have him. But, I know its can be true.
Dad,,, I think I have many story about him. And the last I just say, although he always busy, he always have time to call me, only for know about my condition. My dad is my hero. I love him much.
Mom,,, my mom is a excelent woman. She have 24hours full for she's childrens and my dad. She always stay at home, and sometime to be my dad friend go to out city. I also have my story about her. I want like as she. I wish. I love her too.
I,,, hehe.! Nothing a specially from me. I just a youngest child. I had sista and brotha. Hmm,, I like child so much. Maybe because I haven't a youngbrotha/sista. OMG, I can't description my self. Sorry. Too much that I want talk, until I can't. Please be my friend and you will know, who I am?
Okay,, Its a long story about my sweet home. Byee..

Selamat ulangtahun, Zahra :)

Selamat ulangtahun ke-6th, Zahra... :)

Aya,, itu panggilan kecilmu, anakku tersayang :)
Aya,, ternyata sangat cepat waktu itu berlalu, tak terasa sekarang kau sudah berusia 6th.
Masih jelas diingatanku bagaimana orang seisi rumah menanti kelahiranmu malam itu, berbagai ekspresi kutemukan.
Kulihat kakekmu (ayahku) yg hilir-mudik tak tentu arah, kadang berdiri, kadang duduk, dan ketika tangisanmu memecahkan kesunyian 1/3malam itu, ada airmata yg mengalir diwajah ayahku. Ya. Aku tahu itu airmata bahagia menyambut kedatanganmu, cucu pertamanya.
Nenekmu (ibuku), jangan kau tanya. Bahkan kulihat beberapa kali ia sempat sulit menarik nafas. Melihat anak sulungnya berjihad untuk membantumu hadir ke dunia. Ntahlah, aku tak tau pasti apa yg dirasakannya. Setidaknya yg aku tahu, dialah yg pertama kali menggendongmu & memelukmu.
Oommu(abangku), waktu itu dia memang sedang tidak ada dirumah, jadi aku tak tau apa ekspresinya? :)
Abimu,, subhanallah. Dy abi yg luarbiasa. Tak pernah sedikitpun beranjak dari sisi ummimu, kecuali untuk menunaikan kewajibannya sbg hamba Allah. Abimu luarbiasa, tak pernah melepas genggaman tangannya pd tangan ummimu. Bahkan, dia hanya tersenyum ketika ummimu menggigit tangannya menahan sakit yg ada. Abimu seakan tak merasakan itu, meski sempat kulihat ada darah dibekas gigitan itu. Abimu,, ntahlah tak tau lg aku harus berkata apa. Tapi dia adalah abi yg luarbiasa, suami yg luarbiasa,, dalam hati bundamu sempat berguman, apakah ada seseorang yg mau seperti itu jg untukku?? (hehehee,,, doakan saja nak ^^)
Ummimu,, Allahlah yg tau apa yg dia rasakan. Aku tak mampu bahkan tak pantas rasanya menggambarkan bagaimana ekspresinya. Tapi yg pasti, aku melihatnya begitu cantik malam itu. (hehehee,, afwan kak ^^)
Aku, bundamu. Jujur, aku tak tau harus melakukan apa & bagaimana malam itu? Jadi ya aku gunakan saja untuk melihat ekspresi2 mereka semua. Yg aku ingat, ketika aku tak sanggup lg menahan rasa kantuk & akan berangkat ke kamar tidurku, baru menarik selimut, tangisanmu melengking luarbiasa & berhasil membuatku terlonjak kaget. Waktu pertama kali aku melihatmu dipelukkan ibuku, aku merasa aneh, benarkah itu dirimu? Lucu sekali, kecil. Ketika aku diminta untuk memelukmu oleh nenekmu (karena nenekmu harus membantu ummimu), aku tatap wajahmu, lama,, dan subhanallah aku punya keluarga baru. Kau begitu tenang dalam balutan kain itu, matamu begitu bening, aku langsung jatuh cinta ^^. Dan waktu itu jg aku langsung dinobatkan sbg bunda, senang. Hehee :)

Dan sekarang kau sudah 6th.!
Aya,, meski jadwal les, ngaji, hafalan, jadwal sekolahmu bertambah, dan jadwal mainmu berkurang, jangan mengeluh nak. Yakinlah bahwa itu yg terbaik dipilihkan Allah, abi & ummi. InsyaAllah.
Dan jadilah kakak yg baik untuk adikmu "muhamad syauqi al azmi".

Smoga suatu saat kau baca tulisan sederhana ini, anakku sayang :)

Seperti Matahari,,

Menutupi tangis dg senyuman itu sesungguhnya perih, kawan.
Melangkah tegap penuh semangat menapaki jalan yg penuh duri, tetap tersenyum seolah tak peduli banyak luka yg menganga. Perih.
Tapi itulah kenyataannya, kawan. Meski ragu kerap menyapa, tapi kaki terus melangkah. Tak jelas akan bermuara kemana, yg pasti aku tak punya arah.
Menyatukan senyum & tangisan itu tak mudah, kawan. Perih.
Memberi dan terus memberi, tanpa pernah diberi. Seperti matahari. Menghangati dunia, membakar diri.
Harap itu ada, kawan. Tapi tak yakin akan diberi. Ingin itu ada, kawan. Tapi tak yakin dapat memiliki. Perih.
Yang ku tahu pasti setiap detik kehidupan itu adalah kejutan. Tak tahu kapan? Saat itu pasti datang, saat semua menghilang & tak kembali.
Jangan mencari, kawan. Jangan pernah merasa memiliki, kawan. Agar tak kau rasakan kehilangan.
Seperti matahari, memberi kehangatan, membakar diri.

Just For You, Mujahid-Mujahidah...

Ikhwahfillah. . .
Jikalau amanah hanyalah kata tanpa makna, tak perlulah ada airmata yg senantiasa menemaninya. Jikalau amanah hanyalah rangkaian huruf tanpa ikrar, tak perlulah kau abaikan hak-hak pribadimu. Jikalau amanah hanyalah titipan tanpa tanggungjawab, tak perlulah kau buang egomu & kau aktifkan pengertianmu. Tapi hakikatnya amanah tidak begitu.

Ikhwahfillah. . .
Awalnya aku heran mengapa ketika ada seseorang yg diberikan amanah lalu diawali dg "innalillahi wa inna ilaihiroji'un"? Jawabannya sangat sederhana, karena amanah adalah musibah. Aku bertambah bingung, mengapa amanah disamakan dg musibah?? Seiring waktu akhirnya aku mengerti, dan sangat mengerti.

Ikhwahfillah. . . Amanah tak hanya kata tanpa makna, tak hanya tulisan tanpa ikrar, tak hanya titipan tanpa tanggungjawab. Amanah lebih dari itu. Sungguh. Ketika amanah dititipkan padamu, kau harus mempertanggungjawabkannya secara vertikal & horizontal. Dengan Tuhanmu & sesama manusia. Luarbiasa.!

Ikhwahfillah. . . Jika kau rasa amanahmu bertambah berat, jangan kau minta untuk diringankan, tetapi mintalah pundak yg lebih kuat lagi. Jika kau hanya merasa sendiri, jangan pernah kau tanya dimana yg lain, karena kau mampu melakukannya. Jika kau merasa lelah, jangan berhenti, tetapi bertakbirlah.

Ikhwahfillah. . . Jangan kau tanya mengapa suatu perjuangan itu sulit, perih, karena harga tiket ke syurga Allah itu mahal. Allah tlah menghitung setiap jejak langkahmu, setiap tetes airmata & peluhmu, Allah tak akan ingkar pada janjiNya. Allah melihat proses bukan hasil.

Ikhwahfillah. . . Mujahid, Mujjadah,, tersenyumlah, jangan menangis, karena perjuangan kita masih panjang..

H U J A N

Kawan,,, dengarkan aku bercerita tentang hujan.
Aku menyukai hujan,aku menikmati setiap tetesan hujan yang menyentuh kulit wajahku, dingin,, sejuk,, lembut,, damai.Aku menyukai hujan, menatap setiap tetesan yang turun dari langit jatuh ke bumi, sempat bertanya hujan itu berupa aliran atau butiran??Aku menyukai hujan,karena di dalam hujan aku dapat menangis, menyembunyikan air mataku dalam tetesannya. Hingga mereka sulit membedakan antara air mata atau air hujan di wajahku.Aku menyukai hujan, melihat perjuangannya dengan langkah pasti, perlahan memecah batu.Aku menyukai hujan, dengan semua alasanku. Aku banyak belajar dari setiap tetesan hujan.Dan kau,,, bagaimana??? ^^

Saat aku tulis ini, saat hujan gemerintik.
Seakan tahu tentang perasaan ini, langit menafsirkan dengan hujan. Entah apa.
Tapi yang kutahu, aku suka hujan. Dan aku tahu, kamu pun pernah suka hujan. Entah sekarang.
Pernah menangis saat hujan.Aku lupa mengapa.
Mungkin karena takut suara petir. Atau karena kamu membuat hatiku melintir.
Pernah tertawa saat hujan.Aku lupa mengapa.
Mungkin karena senang sumur tak lagi kering. Atau karena kamu menggodaku hingga terpelanting.
Ah, aku tak benar-benar ingat.
Lalu,bagaimana denganmu?
Masih ingatkah kamu tentang hujan?

Aku tak mengharapkan apapun dari rintikan hujan ini.
Hanya ingin membiarkan sapuannya menerpa.
Mereka bilang hujan menyembunyikan airmata, merekalah airmata itu, bagiku.
Merembes ke dalam tanah, bertemu dengan air lainnya.
lalu pasrah menunggu hingga diantar matahari menuju awan.
Jika hujan pun bisa bertahan, mengapa aku tidak??
Air-air ini telah ditinggikan oleh matahari.
Telah pula diterbangkan ke awan.
Namun  mereka pun akan terus kembali ke bumi, bersatu dengan semua sampah yang ada di tanah.
Seharusnya aku dapat belajar sesuatu.

Aku ingin bersedih, seperti gelap mendung menggantung.
Aku ingin menangis, seperti serangan rintik hujan.
Aku ingin marah, seperti gemuruh guntur menghancur.
Aku ingin berontak, seperti angin memorak-moranda.
Aku ingin sudah dengan indah, seperti pelangi saat hujan reda.

Spesial For Women ^^

Assalamu'alaikum wrwb,,, bidadari syurga.. :)
Ukhti,,, izinkan kali ini aku membagi sedikit ilmu yang ku miliki kepadamu. Bukan,,, bukan aku ingin menyombongkan diri, tapi aku tulus hanya ingin membagi. Tak ada yang pantas aku sombongkan,, karena kau jauh lebih baik dari diriku.

Ukhti,,, aku juga ingin kau bagikan pesan yang kau dapat dari tulisan sederhanaku ini pada ukhti-ukhti lain di luar sana, agar kita sama-sama belajar, sama-sama saling mengingatkan, sama-sama berusaha menjadi bidadari syurga, sama-sama di sayang Allah, semuanya,,, aku ingin selalu bersama denganmu :)

Ukhti,,, jika ada yang salah dalam tulisanku ini, jika ada kata yang menyakiti hati,,, dengan rendah hati ku mohon kelembutan hatimu untuk memperbaiki kesalahanku, tegur saja aku, karena aku lebih menyukai belajar dari kesalahan.

Ukhti yang dicintai Allah,,, kupu-kupu tidak tahu warna sayap mereka, tapi orang-orang tahu betapa indahnya mereka. Seperti juga dirimu,, tidak tahu betapa indahnya dirimu,, tapi Allah tahu betapa istimewanya dirimu dimataNya. Ketika engkau tunduk dalam syari'atnya,, ridho atas takdirnya,, tersenyum dalam musibah,, tegar dalam ujian,, teguh dalam pendirian,, subhanallah.. Semoga engkau termasuk orang-orang yang terpilih menjadi hamba yang terindah dimataNya.

Ukhtiku tersayang,,, jadikan malu karena Allah sebagai perona pipimu. Jilbab yang terulur sampai dada adalah penghias rambutmu,, Dzikir yang senantiasa membasahi bibir adalah lipstikmu. Kacamatamu adalah penglihatan yang terhindar dari maksiat,, Air wudhu adalah bedakmu untuk cahaya di akhirat. Kaki indahmu adalah langkah yang selalu menghadiri majelis ilmu,, Tanganmu selalu berbuat baik kepada sesama. Pendengaran yang ma'ruf adalah antingmu,, tawadhu adalah gelangmu,, dan kesucian adalah kalungmu.

Ukhti bidadari syurga,,, jika berkata lembut dapat didengar, mengapa kita harus berteriak? Jika tersenyum dapat menyenangkan, mengapa harus cemberut? Jika saling memberi dapat mempererat persahabatan, mengapa harus ditolak? Jika kebersamaan dapat membahagiakan, mengapa harus diputus? Jika kebaikan, kejujuran, kasih sayang, pengertian, kelembutan, kesabaran, disiplin, rajin, dan suka membantu disukai orang,, mengapa kita tidak melakukannya? Jika kejelekan, kebohongan, kemarahan, egois, cemburu tidak disukai orang, mengapa tidak kita tinggalkan??

Ukhti,,, Allah mengerti hatimu lebih dari yang kau ketahui. Allah menjangkau pikiranmu lebih dari yang kau bayangkan. Allah merancang kebahagiaanmu lebih dari rencanamu. Seindah apapun rencana kita, jauh lebih indah rencana Allah untuk kita.

Ukhti yang baik hatinya,,, cerdas akalnya,, elok akhlaknya,,, Hidup adalah belajar. Belajar bersyukur meski tak cukup. Belajar memahami meski tak sehati. Belajar ikhlas mesti tak rela. Belajar bersabar meski terbebani. Belajar setia meski tergoda. Belajar dan terus belajar dengan keyakinan setegar karang. Meski sudah menjadi kodrat hati seperti gelombang air laut, pasang, surut dan sering terbawa arus. Tetaplah belajar untuk tetap berada di jalan yang benar. Belajar untuk menjadi lebih baik untuk menjadi yang terbaik. InsyaAllah,,, kita akan mendapatkannya :)

Ukhti,,, jika esok nafas ini berhenti, mungkin sujud hari ini begitu berarti. Jika menangis diujung penyesalan, mungkin menangis hari ini adalah lentera-lentera harapan. Karena kita hanya singgah sebentar di sini. Wanita cantik itu,, melukis kekuatan melalui proses kehidupan. Bersabar saat tertekan. Tersenyum di saat hati menangis. Diam saat terhina. Mempesona karena memaafkan. Mengasihi tanpa pamrih. Bertambah kuat di dalam doa dan pengharapan.

Memahami apa yang dirasakan dan diharapkan orang lain membutuhkan hati yang selalu hidup, karena hanya hati yang bisa membaca hati. Ukhti,,, sekian dulu tulisanku. Maaf jika ada kata yang menyakitimu. Jika ada yang baik,, itu murni milik Allah. Ukhti,,, sampaikan pada wanita-wanita luar biasa di luar sana. Sampaikan padanya,, bahwa ia akan begitu mempesona ketika ia tunduk dalam syariat Allah,, bahwa ia akan begitu cantik ketika ia mampu menghargai dirinya sendiri. Ukhti,,, Uhibbukifillah.. :)

Assalamu'alaikum wrwb...

Ternyata Kau Lupa, Kawan..!

Hmmm,,,
Tenyata kau lupa, kawan..
Kau tak ingat, saat kau rapuh dulu,, bahu siapa yg kau gunakan untuk bersandar.
Kau tak ingat, saat kau ragu dulu,, suara siapa yg slalu mengingatkan.
Sekarang,, kau lupakan.!

Teruskanlah kawan,, jika kau sudah temukan siapa dirimu sebenarnya, jika kau sudah bangga dg dirimu sekarang,, berjalanlah. Usah kau tengok lagi ke belakang, karena aku pun akan berjalan ke depan, meninggalkan tempat biasa aku berdiri.

Kawan,, jika di perjalanan kelak kau temukan lagi benturan, kau boleh diam sejenak untuk memikirkan kembali secarik cerita yg kau tinggalkan jauh di belakang. Hanya saja,, kau tak boleh menyesali. Karena percuma saja,, itu semua tak akan kembali lagi.

Biar waktu yang akan mengajarimu, memperhatikanmu, menguatkan hatimu, menasehatimu, mendewasakanmu,, karena waktu akan terus berputar, ada atau pun tidak ada aku di sini.

Kawan,, tak sedikitpun ada dendam di hati,, hanya sedikit iba yg terasa. Namun itu wajar saja,, karena ada segores luka. Tenanglah,, akan aku sembuhkan seiring waktu, seiring perjalananku sendiri.

Kawan,, jika aku diam membisu, bukan berarti aku tak peduli. Aku,, hanya tak ingin lagi membebani.

Indah & Mulianya Kaum Perempuan (Berteduhlah di Taman Hati)

Penuh lembut, indah, rahim orang-orang besar, melahirkan para ulama, membesarkan orang-orang tangguh, mendidik para bijak. Perempuan itu perasa. Menyakitinya adalah dosa. Memarahinya adalah cela. Barangsiapa yang mencederainya, maka ia tak lagi mempunyai hak mendapatkan kasihnya.

Air susunya adalah makanan yang paling tulus. Perlindungan yang diberikannya, benar-benar tulus. Air susunya adalah sumber kasih sayangnya. Di matanya tersimpan rahasia. Di keningnya terdapat banyak cerita. Air susunya menyimpan makna kedermawanan. Dalam peluknya ada kasih sayang. Rasa laparnya, berarti ia tidak lapar seorang diri. Ketiadaan perempuan dari kehidupan adalah kehilangan banyak kebahagiaan. Ketersembunyian perempuan dalam pentas dunia, adalah membunuh keindahan.

Orang-orang kafir ingin agar perempuan bebas nerhias dengan fitnahnya. Sedangkan islam inginkan keterlindungan & ketertutupan. Ketakwaan & kebersihan. Agar perempuan menjadi bukti keindahan & penerimaan. Orang-orang kafir menginginkan perempuan tampil dengan pakaian menawan. Jika laki-lakinya terfitnah oleh dirinya, dan anak-anaknya menjadi sia-sia. Islam ingin agar perempuan terlindungi dengan benteng yang sungguh mahal.

Perempuan-perempuan telah memberikan dunia, para pemimpin di masa khulafa rasyidin. Mereka mempersembahkan para pahlawan & para mujahidin. Para ahli dunia & agama. Perempuan, jika baik perilakunya, suci jilbabnya, penuh kasih hatinya, maka rumah akan penuh keridhaan & dunia menjadi tentram. Rumah tanpa perempuan adalah mihrab tanpa imam. Jalanan tanpa petunjuk. Andai perempuan tersembunyi dari kehidupan. Tak ada pelukan & senyuman. Tak ada kata-kata & ungkapan. Andai perempuan tak wujud di dunia, tak ada keturunan & kelahiran. Hanya ada para bujangan.

Dalam hadits disebutkan, "Nikahilah perempuan yang kasih sayang & banyak melahirkan anak." Rahasianya adalah untuk memperbanyak pasukan, menambah jumlah tentara, dan agar Rasulullah saw membanggakan jumlah yang banyak di hari kiamat. Disaat perempuan melucuti hijab, melawan hukum Islam, keluar dengan liar. Katakanlah, selamat tinggal kesucian. Bagaimana rumah tanpa pintu bisa terpelihara. Bagaimana istana bisa terlindungi tanpa penjaga. Maka, penghuni rumah haruslah menjaga & melindungi.

_DR.Aidh Bin Abdullah Al Qarni_

Senin, 12 Desember 2011

S E C R E T (^ ^)

Secret.? (^^)
Yaa,, slalu yang tersembunyi itu lebih indah, apapun itu, bagiku :)
Hanya aku dan Tuhanku saja yang tahu.!

Hmm,,,
Saat mata tetangga terlelap, ada mata yang terjaga, mencuri waktu untuk berdua saja dengan Tuhanku, bercerita lembut seraya tersipu malu, meminta tanpa terlihat meminta, tak ingin waktu itu terlewatkan begitu saja, yaa.. Hanya aku dan Tuhanku saja yang tahu.! :)

Hmm,,,
Ada saat tangan kiri tak tahu apa yang tangan kanan kerjakan, meski mereka slalu bersama, slalu berdua, slalu membantu, slalu melengkapi, yaa.. Hanya aku dan Tuhanku saja yang tahu.! :)

Hmm,,,
Ada segumpal daging di rongga sana, sering tersipu malu, memerah lembut, menahan segala rasa, slalu berkata dalam diam, menyimpan banyak cerita, mengharap suatu asa, yaa.. Hanya aku dan Tuhanku saja yang tahu.! :)

A K H W A T ? ? ?

Dan tak ketinggalan pula, dia yang tidak mengenal yang namanya pacaran, tetapi hanya mengenal ta’aruf untuk pernikahan, tidak mengenal dunia malam yang sebelum maghrib ia telah pulang kerumah demi menjaga kehormatan dirinya dari fitnah, tidak keluar rumah kecuali ada urusan yang sangat penting, tidak mementingkan kepentingan duniawi, seperti berdandan yang berlebihan, memakai minyak wangi yang berlebihan, ridho dengan ketentuan Allah yang mengharuskannya ‘ribet’ dengan memakai pakaian yang tidak menunjukkan bentuk lekuk tubuhnya, pakaian longgar, menutup seluruh tubuh yang hanya menampakkan muka dan telapak tangannya, berjilbab lebar dan tebal tidak tembus pandang dengan warna kalem agar tidak mencolok mata yang memandangnya plus ‘perlengkapan perang’ pelapis jilbab, manset mulai dari tangan hingga gamisnya, kaos kaki dan bahkan ada yang memakai cadar dengan niqab, yang belum pernah bersentuhan kulit dengan laki-laki ajnabi, yang tak rela sehelai saja rambutnya menyembul keluar dari balik hijabnya sehingga terlihat laki-laki ajnabi, yang merasa risih jubah bagian bawahnya sedikit saja tersingkap karena tak terlindungi celana pelapis rok atau gamisnya bagian dalam saat menstarter sepeda motornya lagi-lagi karena takut akan terlihat laki-laki ajnabi, yang merasa berdosa bila kaos kakinya belum sempat dikenakan sehabis berwudhu sekali lagi karena takut terlihat laki-laki ajnabi, selalu berhati-hati dalam bergaul, bertutur katanya sopan serta tak mau membicarakan orang lain karena takut menjadi ghibah dan sangat mempunyai etika, dia yang tak ingin wajahnya menjadi fitnah sehingga tak semudah itu difoto dan dimintai foto serta tak sembarangan pula ‘mengobral‘ fotonya dengan alasan menjauhi perkara syubhat, maka tak perlu lagi ditanya bagaimana sikapnya terhadap perkara yang haram, kalau bertemu lawan jenis seolah melihat musuh,kalau bisa tidak berpapasan dengan menjauh kemudian menunduk (bahasa lain gadhul bashor) dan kalau bicara dengan nada bicara yang tegas bukan karena galak atau bukan sosok yang lembut tapi karena ia menjaga suaranya yang dapat menjadi penyakit hati bagi lawan jenisnya.

Mau? Berusahalah memenuhi kriteria diatas, Bismillah..

Wallahu Ta’ala A’lam Bishowab

Brotha,,, Beri Aku Waktu Hingga Aku Terbiasa

Dear my brotha,,,
Hari ini adalah puncak ketakutan yang selama ini aku rahasiakan terjadi.
Hanya karena masalah kecil,, akhirnya semua jadi membesar. Hingga aku dimarahin mama.

Brotha,,,
Ada satu hal yang aku takuti,, ternyata hingga saat ini aku belum bisa membagimu dengan calon istrimu. Meski waktu itu hanya tinggal di depan mata saja, tapi tetap aku belum bisa.

Brotha,,,
Aku,, takut kehilangan perhatian darimu... :'(
Dari kecil aku terbiasa denganmu, terbiasa bercanda denganmu, terbiasa bertengkar denganmu,, terbiasa mengadu padamu, terbiasa bermain denganmu,, dan kini,, aku harus berbagi.. :'(

Brotha,,,
Mungkin bagimu aku sangat kekanak-kanakkan saat usiaku menginjak 20th. Dengan tingkahku hari ini, dengan tangisanku hari ini,, hingga kau harus mengadukannya ke mama, hingga mama harus menasehatiku seolah-olah aku berusia 5th.

Brotha,,,
Kau tak akan pernah mengerti, mengapa aku begini. Itu karena kau tak berada di posisiku. Aku hanya punya satu abang, dan itu kau. Mungkin kalau ada dua, tak akan menjadi masalah bagiku. Sudah cukup aku merasa kehilangan perhatian papa karena sibuknya akan pekerjaan, dan sekarang aku akan kehilangan perhatianmu juga.

Brotha,,,
Kau yang selalu menggengam tanganku saat berjalan bersama.
Kau yang selalu melindungiku saat aku ketakutan.
kau yang menggendongku saat aku terjatuh atau lelah berjalan.
Kau yang membuatku tertawa saat aku menangis.
Kau yang menghiburku saat aku sakit.
kau yang memelukku saat aku butuh dukungan.
Kau yang menyuapiku saat aku malas makan.
Bahkan,, kau juga yang sering menggangguku hingga aku menangis.

Brotha,,,
Tak akan ada lagi makan es krim berdua di tepi jalan...
Tak akan ada lagi nonton kartun berdua di ruang tv...
Tak akan ada lagi yang membuat kamarku berantakan...
Tak akan ada lagi mancing di kolam ikan berdua...
Tak akan ada lagi...!!!! T_T

Brotha,,,
Aku tahu,, cepat atau lambat ini semua akan terjadi.
Tapi,,, ternyata aku belum siap...

Brotha,,,
Hari ini,,, wanita itu sudah berhasil mencuri perhatianmu dariku. Wanita itu tlah berhasil mengambil perlindunganmu dariku. Wanita itu tlah berhasil membuatmu menyalahiku hingga kau buat aku menangis.!! Kau,,, jahat... T_T

Brotha,,,
meski tak kau baca tulisanku ini,, aku tetap akan menulis. Dan aku juga tak berharap kau membacanya.
Hingga tadi kau katakan,, "udah dek,,, jangan nangis lagi yaa. maaf abang ya adikkuu.."

Brotha,,,
Beri aku waktu untuk membagimu dengan kakak baruku itu...
Beri aku waktu hingga aku terbiasa...
Karena aku juga ingin menyayangi kakak baruku itu, seperti aku menyayangimu...

(padang, 21 okt 2011...)

Cerita Untukmu, Kawan Kecilku..

Setiap anak menginginkan sewaktu dilahirkan agar bisa tumbuh jadi anak sehat, cerdas, berbudi pekerti yang baik, pergaulan yang baik.

Tapi beda denganku,, setiap pagi aku  harus bangun pagi memakai pakain yang hanya satu dan sudah kumal, perut lapar & pergi untuk bekerja, setiap hari berjalan kaki meyusuri Lorong gelap, kotor dan bau tak sanggup aku mengirupnya tapi harus bagaimana lagi inilah tempatku, aku tak berkecil hati karena aku tak bisa berbuat apa-apa, hanya ini yang aku punya. Orang tuaku tak mampu memberikan apa yang seharusnya aku dapatkan sebagai anak kecil.

Tapi,,, aku tak sanggup melawannya, memang sudah nasibku seperti ini.
Setiap hari menyusuri jalan-jalan. Tak peduli debu, panas, hujan, hanya untuk mendapatkan kasian orang lain kepadaku. Dalam hati merasa iri saat melihat di dalam mobil seorang ayah, ibu dengan anaknya yang memakai pakaian bagus sambil tertawa dan ceria. Andai saja aku bisa seperti itu,,,

Bertanya dalam hati kenapa aku seperti ini??? Sempat terpikir kenapa Tuhan tak adil. Tapi tak apalah,,, ini memang jalan hidupku. Setiap hari tak pernah berubah tetap seperti ini. Disaat anak-anak yang lain dapat dengan bebas memilih makanan yang mereka sukai, aku tak punya pilihan apa-apa. Saat mereka tidak menghabiskan sisa makanannya,, maka itulah yang dapat aku makan.

Mencari orang yang dermawan untuk memberikan koin untukku yang kelaparan dan kehausan ini. Memang aku diberikan kelebihan untuk berpikir bahwa perbuatan meminta-minta adalah tidak baik, tapi aku tak sanggup berbuat banyak, hanya ini yang aku bisa, karna orang tuaku tak sanggup memberi makanku & adik-adikku, tapi kadang2 aku juga suka waktu sore harinya membawa karung dan menyusuri rumah-rumah mewah.

Mungkin ada kiranya sebuah sampah yang bisa aku jual atau aku makan. Berjalan sampai malam hari tak peduli rasa kantuk ini mengganggu, tapi aku harus mendapatkan barang-barang yang bisa di jual yang oleh pemiliknya sudah tak terpakai dan dibuang ke tempat sampah. Itulah pekerjaanku setiap hari.

Malam hari aku pulang. Tak ada yang indah dalam rumahku. Tempat aku beristirahat dan berkumpul dengan keluarga, meskipun atap rumahku terbuat dari langit, lantai dari tanah dan beralaskan koran bekas.

Hari demi hari aku lalui dengan bekerja sebagai pengemis jalanan, suatu hari aku merasa tak enak badan. Kepalaku pusing, perutku sakit, aku tak sanggup berdiri, dan tak sadarkan diri, dan akhirnya raga ini tak sanggup menahannya, akhirnya aku pun meninggalkan tubuhku yang sudah kecil dan lemah ini.

Kata Terakhirku,,,
AKU DOAKAN BAGI ORANG YANG TELAH MEMBERIKAN SEDEKAH PADAKU AGAR MASUK SURGA, BIAR AKU MESTI DISIKSA DI NERAKA KARNA AKU KADANG SUKA MEMAKSA, TAPI AKU AKAN BERSAKSI HARI PENGADILAN NANTI BAHWA ORANG YANG YANG TELAH MEMBERIKAN SEDEKAH PADAKU JANGAN KAU SIKSA DARI API NERAKA.

Selamat tinggal dunia,, aku lebih dulu kesana.


*cerita untukmu kawan kecilku,, terima kasih telah membuka hati, mata & pikiranku hari ini.
(Perjalanan menemukan pelajaran di sudut kota,,, Ranah Minang, 19 okt 2011)

Senin, 28 November 2011

“Secret Of Ayyaumul Bidh”


Pernah dengar puasa pertengahan bulan?? Yap.! Puasa pertengahan bulan itu sering disebut dengan “ayyaumul bidh”.

Rasulullah selalu melaksanakan Ayaumul Bidh setiap hari pada tengah bulan, yaitu tangggal 13, 14, dan 15 (pada bulan Hijriyah). Dalam sebuah riwayat disebutkan, Ibnu Abbas ra. berkata: “Adalah Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkan berpuasa pada hari putih (tanggal 13,14 dan 15) baik dalam bepergian atau di rumah” (HR. Thabrani).

Dalam riwayat lain disebutkan pula, dari Abu Dzar ra. berkata, Rasulullah bersabda: “Jika kamu berpuasa tiga hari dari suatu bulan maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15” (HR. Nasa’, Tirmidzi, dan Ibnu Hibban).

Apakah rahasia dari Ayyaumul Bidh ini sehingga Rasulullah tak pernah luput dari mengerjakannya?? Dan mengapa pula dianjurkan pada tanggal-tanggal itu??

Begini,,, sudah diketahui bahwa pertengahan bulan Hijriyah adalah waktu munculnya bulan purnama. Pada saat bulan purnama bersinar terjadilah yang namanya pasang air laut. Letak bulan yang dekat dengan bumi menyebabkan gaya gravitasi bulan mempengaruhi ketinggian air laut di muka bumi & terjadilah pasang air laut. Ternyata, gravitasi dari bulan ini tidak hanya mempengaruhi kondisi bumi tetapi juga makhluk hidup, terutama manusia.

Seorang peneliti berkebangsaan Amerika, pernah mengadakan penelitian mengenai kondisi kejiwaan manusia ketika terjadi bulan purnama. Penelitian itu menyimpulkan bahwa kondisi kejiwaan manusia pada saat bulan purnama cenderung lebih labil, emosional, dan tidak terkendali. Semua perasaan menjadi mudah membuncah dari dalam diri. Mudah marah, senang, sedih, tersinggung, pokoknya semua sifat yang ada pada dirinya menjadi lebih mudah ter’upload’ dari dirinya.

Coba perhatikan dua fenomena ini. Puasa, pada dasarnya menuntun kita agar menundukkan nafsu kita. Ketika kita berpuasa, kita dituntut untuk dapat mengendalikan emosi kita dan menjaga syahwat kita. Ketika ilmu sains modern  mengungkapkan adanya kelabilan emosi manusia saat bulan purnama, Islam telah menganjurkan untuk melaksanakan puasa tepat saat munculnya bulan purnama. Islam telah memberi jalan pada umatnya agar tidak terkena pengaruh kelabilan emosi yang terjadi pada tanggal tersebut. Rasulullah menganjurkan kita berpuasa, agar hati kita selalu terjaga dari amarah, nafsu, dan segala sifat buruk lain yang cenderung lebih meluap pada saat itu dibanding saat-saat lainnya. Subhanallah. . .

Inilah hikmah di balik sunnah. Rahasia dari ayyaumul bidh. Ternyata memang segala amalan yang dianjurkan dalam islam ini selalu memiliki hikmah yang luar biasa dahsyatnya. Lalu, masihkah ragu dan malas-malasan melaksanakan perintah Allah dan mengikuti sunnah Rasulullah????

Kamis, 27 Oktober 2011

Doa Untuk Ibu ( juara II DC FK-UNAND 2010)

Just For You My Mom...
Love U’re Daugther : Inova Gusmelia

Entah mengapa beberapa hari ini aku merasa gelisah yang sangat luar biasa, meskipun shalat wajib maupun sunnah sudah ku kerjakan, air wudhu yang selalu ku juga, ayat suci yang selalu ku lantunkan tetap saja aku merasa suatu kegelisahan yang sebelumnya belum pernah ku rasakan seperti ini.

Hari ini aku berangkat ke kampus dengan langkah gontai dan perasaan yang tak menentu, kegelisahan tetap saja menggerogotiku beberapa hari terakhir ini, pastinya semenjak tak ada lagi kabar dari keluarga ku nun jauh di sana. Kabar terakhir yang ku ketahui beberapa hari yang lalu adalah ibu sedikit sakit-sakitan. Sebenarnya aku ingin pulang, aku ingin mengetahui bagaimana sebenarnya kabar ibu ku ? apakah hanya sakit sedikit saja? Atau ntah bagaimana?

Duh Gusti... bukannya aku tak mau pulang dan merawat ibuku atau hanya sekedar berada di sisinya dan menemaninya, tapi dalam dua minggu ini aku sedang melaksanakan ujian akhir semester genap. Sebenarnya bisa saja aku pulang dan mengikuti ujian susulan, tapi terakhir ayah katakan pada ku bahwa ibu baik-baik saja dan aku tak perlu terlalu mengkhawatirkannya, intinya ayah menyuruhku untuk tetap mengikuti ujian dan baru boleh pulang setelah ujian. Aku hanya dapat memberikan doa yang terindah saja untuk ibuku tercinta, Rabb... aku mohon sembuhkan ibuku dari penyakit yang di deritanya.
Akhirnya ujian hari ini selesai juga kujalani meskipun aku sedikit sanksi dengan hasil ujianku tadi. Aku hanya bisa mengikhlaskannya saja,pikiranku saat ini benar-benar tak menentu. Kadang inginku membantah perkataan ayah, mengapa aku tak boleh pulang untuk menjenguk ibu? Aku kan bisa ikut ujian susulan, hmm... ntah apa yang di inginkan oleh ayahku? Memang Jogja-Jambi bukan lah jarak yang dekat untuk ditempuh, membutuhkan beberapa hari dalam perjalanan dan biaya yang cukup besar. Sekali lagi ya Rabb... kuserahkan semuanya kepada-Mu tolong jaga ibuku. Aku harus bersabar, ujian tinggal dua hari lagi dan aku akan langsung pulang untukmu ibu.

Jumat, 20 juli 2007
Hari itu adalah hari yang sangat berat untukku. Sungguh aku tak sanggup untuk mendengar kabar yang sangat memilukan itu, kondisi ibuku kritis dan kini berada di ruang ICU. Ya Rabb... mengapa ini semua harus terjadi? Rencana apa ini? Rabb... kuatkan aku, mudahkan langkahku untuk pulang menemui ibuku, amin.

Bismillahirohmanirrohim... kini aku sudah berada didalam burung besi yang siap mengantarku pulang kekampung halaman untuk menemui ibu. Tatapan kosong ku layangkan keluar jendela disampingku, melihat betapa indahnya segala yang dimiliki oleh sang pencipta, sungguh DIA adalah sang Maha kaya. Kadang aku sempat berpikir ntah apa isi kepala mereka yang dengan begitu sombongnya membanggakan harta-benda yang jelas-jelas adalah titipan Allah yang bersifat sementara. Mereka dengan angkuhnya menindas orang-orang yang lemah, tanpa mereka sadari bahwa sesungguhnya mereka adalah media Allah untuk berbagi harta dan kebahagiaan. Yah, begitulah kondisi dunia zaman sekarang senang bersama-sama, susah sendiri-sendiri.

“Maaf dik, boleh saya titip tas ini sebentar? Saya mau ke belakang dulu.”

Tiba-tiba wanita disampingku membuyarkan semua lamunanku. Aku pun buru-buru menoleh dan berusaha untuk tersenyum kepadanya.

“Iya, baiklah. “ jawabku seadanya.

Wanita itu mengangguk sembari tersenyum, beberapa detik kemudian wanita itu pun sudah berlalu. Senyumnya mengingatkanku lagi pada ibuku yang ntah bagaimana kondisinya saat ini. Ibu... anak macam apa aku ini? Disaat kau terbaring lemah aku tak ada disisimu, sedangkan kau meski hanya naik sedikit saja suhu tubuhku dengan sabar kau temani aku dengan segala rengekkanku yang aku pun yakin pasti membuatmu lelah. Akh... ibu, sungguh demi pencipta langit dan bumi, demi pencipta bulan dan matahari, aku sungguh menyanyangimu, mencintaimu, merindukanmu, dan aku masih sanksi apakah dapat dengan ikhlasku terima jika hal yang tak diinginkan menimpa dirimu. Rabb... jangan biarkan itu terjadi, biarkan aku saja yang merasakannya, jangan dia. Dia terlalu indah untuk menderita, dia penuh dengan kasih sayang, kelembutan. Matanya... matanya selalu memancarkan cahaya yang selaluku rindu...

“Terima kasih ya dik, sudah menjaga tas saya. O iya, nama kamu siapa?” wanita itu tersenyum kearahku seraya mengulurkan tangannya.

Lagi-lagi wanita itu mengagetkanku dan membuyarkan semua yang ada dalam pikiranku. Buru-buru ku hapus air mata yang ternyata tanpaku sadari mengalir begitu saja di pipiku dan dengan sedikit tersenyumku sambut uluran tangan ibu itu.

“Namaku Annisa Champaca Azzahra, Anda bisa memanggilku Zahra.”

“Nama yang indah. Namaku Sarah, lengkapnya Maisarah. Kamu masih kuliah atau sudah kerja?”

“Aku masih kuliah. Maaf, aku harus panggil Mbak atau Ibu?”

“Panggil Mbak saja, umurku masih 33tahun terlalu tua di panggil Ibu oleh gadis seusiamu.”

“Baiklah, aku panggil Mbak Sarah saja.”

“Ya, kedengarannya baik. Maaf, kalau boleh aku tahu mengapa kamu terlihat sedih sekali? Dari tadi aku seperti duduk sendiri saja, sama sekali tak terdengar suaramu padahal suaramu cukup indah untuk didengar.”

Kutatap wajah mbak Sarah, ternyata wanita di sebelahku ini memiliki mata teduh dan senyum indah dibalik kerudung lembayung yang dikenakannya. Aku juga baru tersadar bahwa aku memang tak sempat menyapa orang yang berada didekatku. Buru-buru aku tersenyum, kali ini kucoba senyum dengan ikhlas.

“Maaf mbak, jika aku bersikap sedikit tidak acuh kepadamu. Iya mbak, aku lagi sedikit bersedih.” Jawabku sejujurnya.

“Iya tidak apa-apa. Manusia memang tak pernah luput dari penderitaan. Manusia dan penderitaan ibarat sayur dan garam, jika salah satu diantaranya tidak ada maka akan terasa hambar, begitu juga hidup manusia tanpa penderitaan semuanya akan datar-datar saja. Memang terkadang manusia sering menyalah artikan penderitaan itu sendiri, banyak diantara mereka mengira bahwa penderitaan itu adalah suatu musibah yang tak pernah diharapkan oleh siapapun. Mereka lupa bahwa terkadang penderitaan merupakan suatu media yang bisa digunakan sebagai alat untuk lebih mendekatkan diri kepada sang khalik. Dengan adanya penderitaan kita dapat menjalin hubungan bathin yang lebih erat kepada-Nya, semuanya tergantung pada jenis manusia yang menerima penderitaan itu.”
Aku membisu menatap mbak Sarah, orang yang dalam beberapa menit ini baruku kenal kata-katanya mampu membuatku terdiam sesaat. Aku hanya menatapnya dalam beberapa waktu dan tak ada satupun kata yang terucap dari mulutku.

“Maaf, apakah kata-kataku menyinggung perasaanmu? Sungguh aku tak bermaksud begitu.” Dengan penuh sesal dia menatapku.

Aku langsung tersenyum, dengan jujur ku katakan...
“Tidak mbak, mbak sama sekali tidak menyinggung perasaanku. Aku hanya kagum dengan apa yang tadi mbak ucapkan. Apa yang mbak katakan tadi memang benar, manusia memang tak pernah luput dari penderitaan dan memang banyak sekali manusia yang tidak siap menerima penderitaan, mungkin aku adalah salah satu diantara mereka.”

“Apa yang menjadi penderitaanmu dik? Berbagilah kepadaku, barangkali aku bisa membantu mengurangi beban pikiranmu. Satu hal yang harus kamu tahu, bahwa Allah memberikan banyak keistimewaan kepada wanita salah satunya wanita dapat lebih tegar menghadapi penderitaan dari pada pria.”

“Mengapa begitu mbak? Bukankah pria hampir tak pernah menangis dalam menghadapi suatu penderitaan?”

“Iya, pria memang jarang menangis dan itulah yang menjadi alasan bahwa wanita lebih tegar menghadapi penderitaan dari pada pria. Wanita dapat dengan mudahnya berbagi dengan teman-temanya sekalipun dengan orang yang baru dikenalnya, wanita juga dapat mengurangi beban penderitaannya dengan cara menangis dengan begitu ia akan merasa sedikit tenang. Sedangkan pria, menangis justru menambah penderitaannya dan pria sangat sulit untuk memulai cerita kepada orang lain ia tak mau dianggap lemah.”

Aku semakin kagum dengan wanita anggun dihadapanku ini, sekali lagi kata-katanya mampu membiusku hingga tak menatapnya tanpa bersuara.

“Kau menatapku seperti itu lagi Zahra? Apa aku salah berucap lagi?” mbak Sarah bertanya kembali dan kali ini sedikit lebih hati-hati.

“Mbak... aku sangat tertarik dengan setiap kata yang kau ucapkan. Pemikiranmu begitu indah dan bahasamu begitu santun, aku mengagumimu.” Dengan polosnya ku katakan apa yang aku pikirkan tentangnya.

“Akh, kau ini mbak hanya mengatakan apa yang seharusny dikatakan saja. Bagaimana kau mau berbagi denganku? Yang sekedar mengurangi sedihmu selama perjalanan beberapa jam ini saja.”

Aku berpikir sejenak, yah apa salahnya berbagi dengan orang yang baik seperti ini.
“Iya mbak, aku akan coba berbagi denganmu dan sebelumnya aku ingin mengucapkan terima kasih terlebih dahulu.”

Mbak Sarah hanya tersenyum dan mengangguk...

“Begini mbak, sekarang Ibuku lagi sakit keras subuh tadi ia masuk ke ruang ICU. Aku sungguh khawatir kepadanya, aku merasa bersalah tak ada di sisinya saat ia lemah seperti itu. Aku... aku sangat mencintai ibuku mbak.”

“Oh... wajar kau terlihat begitu sedih. Memangnya sakit apa yang menyebabkan ibumu sampai seperti itu?”

“Penyakit ibuku sudah komplikasi mbak, ibu mengidap diabetes ditambah lagi maag yang sudah cukup parah itulah yang menyebabkan ibu seperti itu.”

“Sabarlah kalau begitu dik, berdoa saja untuk kesembuhan ibumu. Percayalah Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk kita semua dan tak akan pernah memberi cobaan diatas kemampuan hambanya.”

“Iya mbak, hanya doa yang bisaku berikan untuk ibu saat ini.”

“Mbak juga akan mendoakan untuk kesembuhan ibumu zahra.”

“Terima kasih mbak.”

Mbak sarah mengangguk dan tersenyum.

Setengah berlari aku menyusuri lorong rumah sakit tempat ibuku dirawat, tak sabar hati ini untuk segera memeluk ibu. Akhirnya aku tiba di depan ruang ICU, dengan sengat hati-hati dan perlahanku langkahkan kakiku, kugenggam perlahan ganggan pintu, ku buka perlahan dan sungguh nafas ini terasa sangat berat untukku hirup kurasa pasokan oksigen berkurang secara drastis.

Allah... apakah yang terbujur lemah di sana adalah ibuku? Dengan semua alat-alat medis menempel dan tertusuk di tubuh ibuku? Tidak, ibuku adalah seorang wanita yang selama ini tersenyum menatapku, matanya selalu memancarkan kasih sayang, dan ia akan langsung memelukku begitu aku menginjakkan kaki di rumah, ibu juga akan membuat semua makanan kesukaanku.

Ku coba untuk melangkah perlahan mendekati sosok yang terbaring lemah itu tanpa memperdulikan ayah dan saudaraku di sana yang membisu menatapku, aku berusaha untuk tegar. Lama ku tatap wajah yang pucat itu, lama ku nanti matanya akan terbuka dan terukir senyum manis di bibirnya, tapi tak ada tanda-tanda sama sekali ibu menyadari kedatanganku. Ku tatap ayah dan saudaraku satu-persatu, dan mereka juga hanya membisu dengan wajah yang sangat lelah.
Ntah apa yang aku rasakan pada saat itu, aku ingin marah kepada mereka mengapa mereka membiarkan ibu menjadi seperti ini? Aku ingin bertanya kepada mereka, aku ingin jawaban dari mereka, aku ingin... akh ntah apa yang aku inginkan sekarang?

Kembali ku tatap wajah ibu dalam-dalam, ku usap wajah ibu, ku rasakan hembusan nafasnya perlahan-lahan, ku tundukkan wajah, ku kecup lembut kening ibu dalam waktu yang lama. Ku pejamkan mata ini, Rabb... mengapa harus ibu? Mengapa bukan aku saja? Masih banyak yang membutuhkan ibu, masih banyak yang mengharapkan kasih sayangnya. Rabb... andai bisa tergantikan aku ikhlas berada diposisi ibu saat ini, aku ikhlas menggantikannya, aku ikhlas. Rabb... Kau Maha Mendengar, kau Maha Mengetahui, apakah kau yakin aku bisa hidup tanpa ibu? Rabb... sembuhkan ibuku, tukar nyawaku dengan nyawanya, ambil aku saja Rabb, ambil aku saja.

Aku tak sanggup melihat ibu seperti ini, aku rasa aku harus menenangkan diriku terlebih dahulu, aku ingin keluar sejenak dari ruangan yang menyiksa ini. Ku kecup kembali kening ibu, ku bisikkan pada ibu “ bu aku pergi sejenak, aku mencintaimu ibu, sungguh.” Aku yakin ibu pasti mendengarnya karena ku lihat air mata mengalir dari sudut mata kanan ibu. Aku melangkah perlahan meninggalkan ibu, ayah dan saudaraku masih belum bicara kepadaku mungkin mereka menginginkan aku untuk menenangkan pikiran terlebih dahulu.

Namun beberapa langkah sebelum keluar pintu, aku menoleh kebelakang, tiba-tiba aku merasa sesuatu yang asing dijiwaku aku merasa tak akan bertemu mereka lagi. Tanpa aku sadari aku mendekat kearah ibuku, ku cium telapak kaki ibuku, kemudian ku hampiri ayah tanpa berkata apa pun langsungku genggam tangan ayahku cium dan ku tatap ayah, aku ingin mengatakan sesuatu tapi aku sendiri juga tak tahu apa yang ingin ku katakan akhirnya aku diam saja. Ku hampiri kakak laki-lakiku, aku juga mencium tangannya, kemudian aku melanjutkan langkahku keluar dari ruangan itu.

Sepanjang koridor rumah sakit yang ku lewati aku merasa asing dengan perasaanku saat ini, apakah jabat tanganku tadi adalah jabat tangan kedatanganku atau jabat tangan pamit yang terakhir? Duh... Gusti apa yang ada dalam pikiranku ini? Aku mencoba tenang dan menganggap semuanya akan baik-baik saja. Beberapa saat aku merasa cukup tenang dengan perasaan asing itu, tapi tiba-tiba perasaan yang aneh muncul lagi ketika aku mengingat ibu.

Aku sangat terpukul melihat keadaan ibu seperti itu, aku merasa sangat bersalah, aku adalah anak perempuan ibu satu-satunya seharusnya aku selalu berada di sisi ibu untuk membantu meringankan tugas ibu mengerjakan semua pekerjaan rumah sehingga ibu tidak terlalu letih dan jatuh sakit seperti ini. Namun ayah bahkan ibuku sendiri yang mendukungku untuk menuntut ilmu di luar kota bahkan pulau agar aku mendapatkan pendidikan yang lebih baik sehingga aku bisa mendapatkan masa depan yang cerah. Begitulah orang tua selalu menginginkan anaknya mendapatkan sesuatu yang lebih baik dari yang mereka dapatkan.

Perasaan itu begitu berkecamuk dalam dadaku, ada sesuatu perasaan yang menggebu disana mungkin bagian dari rasa bersalah dan emosiku yang tak tau harus ku salurkan kemana. Aku mencoba untuk menarik nafas dalam-dalam berharap akan menjadi lebih sedikit tenang, namun tetap saja tidak berhasil. Akhirnya kuputuskan saja untuk melangkah keluar dari rumah sakit ini, dengan setengah berlari aku mencoba untuk tetap mengartikan perasaan ini. Perasaan ini bertambah menggebu tak menentu, aku buru-buru melewati gerbang dan menyebrang jalan tanpa menoleh ke kiri maupun ke kanan sehingga tanpa disadari mobil ambulance dengan kelajuan tinggi pun menghantam tubuhku, saat itu yang ku rasakan hanya sakit yang luar biasa namun setelah itu aku tidak merasakan perasaan yang menggebu itu lagi dihatiku.

Beberapa saat kemudian aku melihat banyak kerumunan orang di tengah jalan tepatnya di depan mobil ambulance, salah satu diantara mereka ku lihat kakak laki-lakiku yang berusaha menyeruak diantara kerumunan itu. Aku menjadi penasaran dan perlahan aku juga mendekati kerumunan itu, aku merasa aneh mengapa aku dapat dengan menerobos mereka yang memiliki tubuh lebih besar dari pada tubuhku, mereka juga seperti tidak menyadari kehadiranku di sana. Aku menjadi lebih aneh lagi ketika kulihat yang menjadi pusat perhatian mereka adalah tubuhku yang berlumuran darah, jilbab putih yang ku kenakan menjadi bercorak merah dan bahu kananku sepertinya remuk tapi wajahku sama sekali tak bernoda darah hanya kepalaku saja yang bersimbah banyak darah.

Aku masih bingung melihat kejadian itu hingga kakak laki-lakiku mengangkat tubuhku dan membawanya ke IGD tetap saja aku tak mengerti dengan apa yang terjadi. Aku berlari mendekati kakakku, aku berteriak memanggil namanya namun ia sama sekali tak mendengarku bahkan ketika aku menyentuhnya pun ia juga tak menoleh kepadaku, yang ku lihat ia hanya menangis. Tak lama sesampainya di IGD ku lihat ayah berlari untuk mendekati kakakku, kemudian ayah terdiam lalu menangis. Aku masih belum mengerti dengan apa yang terjadi, kembali ku sentuh ayahku tapi ayah juga sama sekali tak menoleh kepadaku ia hanya menghapus airmatanya. Hingga akhirnya aku tersadar bahwa aku sudah terpisah dari ragaku ketika seorang suster membuka kerudungku dan membersihkan darah lalu melipat kedua tanganku dan mengusap wajahku.

Rabb... Kau mendengar doa yang ku bisikkan di telinga ibu saat ku cium keningnya tadi? Benarkah? Rabb... kau sudah menggantikan nyawa ibuku dengan nyawaku, tak apa sesuai dengan ucapanku tadi aku ikhlas menerimanya. Rabb... izinkan aku bertemu sebentar, aku ingin mengecupnya sekali lagi. Aku melangkah ke ruang tempat ibu yang masih terbaring lemah, ku sentuh jemari ibu, ku kecup kening ibu, lagi-lagi air mata mengalir dari sudut kanan mata ibu namun kali ini dengan cepat ku hapus lalu ku bisikkan “bu, mungkin dengan cara ini aku bisa membalas semua rasa bersalahku kepadamu. Aku ikhlas bu, aku mencintaimu. Kau harus sembuh bu, masih banyak yang membutuhkan kasih sayang dan perhatianmu. Aku pergi bu...”

Aku pergi meninggalkan semuanya, semua ini berkat inginku, doa yang ku lantunkan untuk ibu. Terima kasih tuhan... aku titip ibu.

Kisah Angin, Daun, dan Pohon

Namaku Bayu, bangsa angin, ras sepoi-sepoi. Aku sudah mengelilingi dunia, semua tempat di lima benua, baik yang indah maupun sebuah antah barantah, telah aku kunjungi. Aku suka berkeliling, melihat tingkah laku semua makhluk Tuhan di bawah sana. Kadang membuatku tertawa, kadang membuatku merenung, bahkan menangis ketika melewati benua hitam, benua Afrika mereka menyebutnya. Hingga akhirnya, aku sampai di tempat ini, teduh, jauh dari kebisingan mesin dan asap yang disebabkannya. Aku suka bermain dengan air dan ikan-ikan di dalamnya. Aku meniupkan mereka, dan merekaberiak tertawa, ikan-ikan melompat-lompat ingin bermain juga. Teman-temanku sudah pergi, untuk berkeliling lagi, tapi akusudah nyaman disini. Lagi pula, aku mempunyai teman baru, namanya Livi. Aku suka padanya, ingin mengajaknya bermain bersama, tapi dia lebih suka menatap Alberto, pohon oak yang menjulang paling tinggi di antara kawan-kawannya.

Namaku Livi, bangsa daun, ras menjari. Aku dari kecil hidup dengan Alberto, dan selalu menempel padanya. Aku suka mendengar cerita-cerita darinya, juga teman-temanku yang lain. Mereka semua suka pada Alberto, karena Alberto lah kami tetap hidup. tapi perasaanku padanya lebih dari sekedar suka. Aku cinta padanya. Aku tidak akan lelah untuk tetap berpegang pada rantingnya, walaupun bangsa angin coba menerbangkanku. Dan aku pikir, Alberto juga memegangiku erat, karena beberapa kawanku lepas,terbang entah kemana dibawa angin yang sedang marah melintas. tapi, akhir-akhir ini, aku tau ada yang memperhatikanku. Kata temanku dia bernama Bayu, bangsa angin yang ditinggalkan teman-temannya, atau karena dia ingin tetap tinggal disini? Bayu suka merayuku untuk pergi dengannya, meninggalkan Alberto disini. tapi dia tidak mempunyai kekuatan seperti teman-temannya, yang bahkan Alberto melakukan kuda-kuda, agar tidak jatuh tumbang seperti beberapa kawannya. Aku tahu, setiap hari, setelah bermain dengan air dan ikan-ikan di sungai yang tak jauh dari sini, Bayu kemudian pergi ke hutan ini, menggodaku agar mau pergi bermain dengannya. Tapi aku acuh, tak bergeming, aku tidak ingin meninggalkan Alberto sendirian. Aku cinta padanya. Aku rela mati untuknya, dan seperti yang lainnya, akhirnya aku akan membusuk dan menjadi makanannya. Tapi aku tak peduli itu, bukankah cinta harus berkorban/ Dan begitulah setiap harinya, godaan Bayu tak kuhiraukan.

Namaku Alberto, bangsa pohon, ras oak. Aku terlahir dengan tubuh yang kuat, karena kata mereka, badanku adalah yang terbaik dari semua bangsaku yang lain. Aku paling tinggi dari semua teman-temanku, dan entah kenapa aku tak menyukai itu. Aku selalu terkena panas dari sang matahari, yang dengan pongahnya duduk di singgasana di atas sana. Seolah-olah tidak peduli pada kami yang terbakar disini. Aku juga selalu terkena hujan. Dengan dingin mereka menghajarku seolah-olah aku tiada berdaya. Tapi karena matahari dan hujanlah, aku bisa menjadi seperti sekarang. Menjadi tinggi dan kuat. Aku tahu ada beberapa kawan yang tidak suka denganku. Mereka menganggapku tidak mau berbagi hujan dan matahari. Bukan salahku mempunyai daun yang lebat sehingga menghalangi hujan langsung jatuh ke bumi. Daun. Aku mempunyai banyak daun. Aku tidak mengenal mereka satu-persatu, tapi aku tahu ada Livi yang selalu memperhatikanku. Kata rantingku, dia jatuh cinta padaku.Tapi aku tak bisa mencintainya. Bagaimana mungkin aku hanya mencintai satu daun dan menghiraukan yang lainnya? Tidak. Aku tidak boleh membiarkan dia jatuh cinta padaku.

bulan demi bulan berganti. Tapi rutinitas itu tak berganti. Bayu tetap berharap bisa membawa Livi pergi, Livi tetap menatap pada Alberto, dan Alberto tetap tak peduli akan sinyal cinta yang disampaikan Livi melalui air di tubuhnya. Hanya air yang bisa merasakan hangat cinta Bayu pada Livi, dan Livi berkata pada Alberto. Dan air pun berkata akan cinta bayu pada Livi, melalui aliran di dalam tulangnya. Tapi Livi tetap tak menghiraukan. Livi pun menolak, jika ada aliran air yang akan menembus tulangnya, ia tetap bersikeras bahwa suatu hari nanti Alberto akan tahu betapa besar cintanya padanya.

hari berganti hari, Livi semakin lemah. Tubuhnya tidak hijau lagi, mulai menguning, dan hampir mati. Ia tetap menolak aliran air masuk ke tulangnya. ia ingin membuktikan cintanya pada Alberto. Dan Bayu, tidak tinggal diam melihat hal ini. Dengan seluruh kekuatannya, ia meniup Livi, agar tidak mati sebelmun dia tahu cintanya padanya. Livi bertahan, berpegang erat pada Alberto. ZAlberto tahu akan hal ini, tapi dia tetap pada pendiriannya semula, dia tidak bisa jatuh cinta pada Livi. Livi sangat lemah, apalagi setelah dia tahu, bahwa Alberto tidak memeganginya erat, dia hanya bisa pasrah dan berserah. Akhirnya Livi terlepas dari alberto, dibawa pergi oleh Bayu, melihat isi dunia yang selama ini hanya dia lihat dalam sosok Alberto. Ya, conta sudah membutakannya. Bersama Bayu, dia akhirnya sadar akan satu hal, bahwa lebih baik belajar mencintai Bayu yang mencintainya, daripada berharap akan cinta pada Alberto yang tidak pernah sedetikpun mencintainya.

Livi, sebelum kematiannya telah merasakan cinta yang ia ingin rasakan. Di dalam dekapan Bayu, dia akhirnya merasakan ketenangan dan keindahan. Ia menyesal, mengapa tidak memilih Bayu dari dulu. Tapi Bayu tidak pernah menyesal, walau hanya sehari livi berada dalam peluknya. Sebab dia tahu, inilah cinta sejatinya.

"Apakah daun terlepas dari pohon karena tiupan angin yang membawanya? atau daun terlepas dari pohon karena pohon tidak mempertahankannya?"